
Dari Cambodia ia kemudian pergi ke Bali pada tahun 1952 dan menikahi seorang wanita model lukisannya dan seorang penari tradisional Bali bernama Ni Ronji pada tahun 1953. Bali
memberikan Antonio elemen penting yang ia butuhkan untuk membangun
hasrat seninya yang jenius: pemandangan yang indah, suasana lingkungan
yang seperti impian, dan keberadaan seni dan cinta yang luar biasa.
Semenjak saat itu, Antonio tidak pernah meninggalkan mimpinya dan
mulai mewujudkan mimpinya itu dalam hidup dan karya-karyanya. Ia
membangun sebuah rumah tinggal plus museum di Ubud
yang menjadi tempat istirahatnya yang penuh keajaiban. Bangunan
tersebut dibangun berdasarkan citra dan kesukaannya dimana Antonio
menjadi sangat betah tinggal di dalamnya dan sangat jarang keluar.
![]() | |
Salah satu lukisan Antonio Blanco |
Tanah tempat dibangunnya tempat tinggal Antonio tersebut adalah tanah pemberian Raja Ubud dari Puri Saren Ubud, Tjokorda Gde Agung Sukawati.
Orang tidak akan bisa membicarakan Antonio Blanco tanpa berbicara
mengenai wanita sebab wanita adalah fokus dari karya-karya lukisnya.
Bisa dikatakan bahwa Antonio adalah seorang pelukis feminin abadi. Ia
merupakan seorang maestro lukisan romantik-ekspresif.
Sepanjang kariernya, Antonio menerima berbagai penghargaan, termasuk diantaranya Tiffany Fellowship (penghargaan khusus dari The Society of Honolulu Artists), Chevalier du Sahametrai dari Cambodia, Society of Painters of Fine Art Quality dari Presiden Soekarno dan Prize of the Art Critique di Spanyol. Antonio juga menerima penghargaan Cruz de Caballero dari Raja Spanyol Juan Carlos I yang memberikannya hal untuk menyandang gelar "Don" di depan namanya.
Banyak kolektor yang menghargai karya-karya lukisnya, seperti aktris Ingrid Bergman, ratu telenovela Mexico Thalía (Ariadna Thalía Sodi Miranda), Soekarno (Presiden pertama Indonesia), Soeharto (Presiden kedua Indonesia), mantan Wakil Presiden Indonesia Adam Malik, Pangeran Norodom Sihanouk, Michael Jackson
(penyanyi yang dijuluki Raja Pop Dunia yang sempat membubuhkan
tanda-tangannya pada sebuah lukisan sebagai sebuah donasi untuk Children
of the World Foundation), dan masih banyak lagi.
Keinginan Antonio untuk suatu hari nanti memiliki museum akhirnya mulai terwujud juga dan diberi nama The Blanco Renaissance Museum.
Museum yang mulai dibangun pada 28 Desember 1998 di lingkungan
kediamannya yang asri itu kini berdiri megah, menyimpan lebih dari 300
karya Antonio dan secara kronologis memperlihatkan pencapaian estetik
dari Antonio muda hingga yang paling mutakhir. Secara arsitektural,
bangunan museum yang berkesan rococo itu juga menawarkan filosofi dan kearifan Bali.
Don Antonio Maria Blanco meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 1999 di Denpasar, Bali,
akibat penyakit jantung dan ginjal yang dideritanya. Ia meninggalkan
seorang istri dan empat orang anak: Cempaka, Mario, Orchid dan Mahadewi.
Semenjak Antonio telah menjadi penganut Hindu, upacara persiapan
kremasi ala Bali untuknya diadakan di sebuah rumah peristirahatan jenazah di Campuhan, Ubud, yang diikuti dengan rentetan upacara lainnya semenjak tanggal 23 Desember 1999. Peristiwa pembakaran mayatnya sendiri (Ngaben) baru terjadi pada tanggal 28 Desember 1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar